Rabu, Maret 02, 2011

BacaLah ^^

Engkau mesti berhati-hati dengan jebakan setan. Setan suka mendorong dirimu untuk berniat melakukan amal saleh. Namun, dia berusaha menghalangimu untuk melaksanakannya secara nyata. ( Tsabit Al-Bannani )

******



“Muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga”. Wacks! Waow! Enak betul! Muluuus. Lurruus. Hidup tanpa kerikil dan tanpa cacat cela. Udah mah masa mudanya hidup berfoya-foya, usia senjanya bergelimang harta, eh ujung-ujungnya masuk surga. Ngarep!



Padahal, hidup ini ibarat rollercoaster pren. Kadang diatas, sesaat kemudian di bawah. Diuji dengan kenikmatan, diuji pula dengan keterbatasan. Ujian juga hinggap dalam keimanan diri kita. Boleh jadi hari ini kita bisa jaga diri dari dosa, tapi besoknya keseleo bikin maksiat. Yahh…. begitulah rotasi kehidupan. Kalau tidak punya pegangan yang erat, bisa limbung terus kepeleset deh. Gubrak!



Nyaris ngga ada satu pun manusia di atas bumi ini yang terbebas dari noktah dosa, kecuali nabi dan rasul yang ma’sum. Tapi kebanyakan anak muda jaman sekarang pada malas mikirin dosa-pahala. ”Udah Bro, nyante aje lagi. Namanya juga anak muda” kata setan ngomporin. Setan bikin angan-angan kita panjang. Mentang-mentang masih seger buger, seolah bakal hidup awet muda bin sehat sampe seribu tahun lagi. Mode lebay: on!



Nikmat yang menipu

Hari gini, banyak orang yang enjoy nyemplung dalam kolam kemaksiatan sebagai cerminan kebahagiaan hidup. Jauh dari nilai-nilai agama sehingga bisa tertawa-tawa bin having fun. Padahal, mereka yang hidup dalam kemaksiatan merasakan kenikmatan semu lho. Kupingnya termatakan rayuan gombal setan. Mata dan hatinya udah silau oleh fatamorgana kesenangan dunia. Keliatannya bahagia, ternyata bergelimang dosa.



Sesungguhnya orangnya yang merasakan nikmat semu tidak menyadari hakikat nikmat itu sendiri. Contohnya gini nih: kalau kita ngeliat ada orang yang keliatannya lagi makan enak, lahaaaappp banget. Ehh, ternyata pas kita lihat santapannya, ternyata orang tersebut lagi makan nasi basi berjamur dengan bau tengik yang menyengat. Iiih….jijay tralala-trilili deh. So, apa kamu yakin itu santapan enak? Apa masih berpikir mengikuti jejaknya untuk makan nasi basi juga? Hmm…kayanya cuma orang ngga waras yang makan gituan dengan enaknya sambil tersenyum-senyum.



Begitu juga dengan kenikmatan semu. Sering tuh ya, kita lihat dunia artis gemerlapan, penuh nikmat, kaya raya, tampang okey dan jadi pusat perhatian semua orang namun jauh di dasar hatinya seperti ada ’yang kurang’. Jadi teringat lagunya Britney Spears yang jadul punya berjudul ’Lucky’ yang liriknya bikin miris: ’she so lucky, she is star but she cry in lonely heart thinking, if there’s nothing missing in my life then why do this tears come at night’. Ya sih kelihatannya beruntung, tapi seringnya hatinya kosong dan jadi deh nangiiiiissss Bombaiiii sebab minimnya makna hidup dalam hatinya. Catet tuh!



Bisikan Setan Penghambat Taubat

Penyesalan dan pengakuan atas kesalahan adalah hal yang wajib ada di hati orang-orang yang bertaubat. Yaiyalahhh…. Kalau ngga ngerasa salah apa-apa, gimana ceritanya timbul keinginan untuk menebus kesalahan?! Sesal di dunia bernama taubat, tapi sesal di akhirat ngga ada gunanya. Sesal di ujung umur? Ehhhh ehhh…. yakin tuh masih sempat?! Kematian geto loh, siapa yang tau kapan datangnya.



Sesungguhnya setan tidak suka jika manusia mendapat cinta dan ridla dari Rabb-nya. Dia berusaha menjebak manusia ke dalam kemaksiatan, tindakan keji, dan berkata tentang Allah tanpa ilmu. Harapannya, agar mereka menjadi temannya di neraka yang menyala-nyala.



Begitu juga terhadap orang yang sudah terjerumus ke dalam lembah kemaksiatan dan ingin keluar darinya. Setan nggak pernah tinggal diam. Dia menggunakan berbagai cara dan tipu muslihat agar mereka tetap dalam lembah maksiat. Setan bisa menggodanya dengan menanamkan perasaan bahwa dirinya sangat kotor, dosanya bertumpuk-tumpuk dan tak terampuni lagi. Jadi ngerasa nggak pede untuk tobat. Sesekali dengan membisikkan tipuan bahwa Allah Maha penerima taubat dan Maha pengampun, kapan saja bertaubat Allah senantiasa membuka pintu-Nya. Akhirnya ia memandang mudah masalah taubat, menggampangkannya, dan menunda-nundanya sehinga ia tak pernah bertaubat karena ajal dahulu menjemput.



Ya, kadang setan bilang dengan rayuan mautnya:”Udah deh Bro’, ngapain juga taubat… masih banyak juga dosa Si Fulan, elo mah kecil. Ngga usah khawatir”. Sehingga manusia pun tak menyegerakan taubat yang mulia.



Ibnu Mas’ud radliyallah ‘anhu berkata:

“Sesungguhnya seorang mukmin dalam melihat dosanya, seolah-olah ia berada di bawah gunung, yang takut akan menimpanya. Dan sungguh seorang fajir melihat dosanya seperti lalat yang hinggap di hidungnya, lalu ia berkata ’seperti ini?’, maka lalat itupun terbang.” (HR. Al-Bukhari no. 5833; al Tirmidzi no. 2421; Ahmad no. 3446)



Di lain kesempatan, setan memprovakasi manusia dengan bisikan provokatif yang bikin diri ini berputus asa pada rahmat Allah. Padahal terkait hal ini, sudah ada sebuah seruan manjur yang datangnya dari Allah sendiri agar kita giat dalam jalan taubat.



Allah Ta’ala berfirman yang artinya:

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53)



Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman yang artinya: “Hai anak Adam, sungguh selama engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, Aku akan mengampunimu sebanyak apapun dosamu dan aku tidak perduli. Hai anak Adam, kalau seandainya dosamu mencapai setinggi langit, kemudian engkau beristighfar kepada-Ku, akan aku ampuni dosamu dan aku tidak perduli. Hai anak Adam, sungguh kalau kamu datang kepada-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi, kemudian engkau bertemu dengan-Ku dalam kondisi tidak melakkan syirik, pasti aku akan mendatangkan ampunan sebanyak itu juga.” (HR. At-Tirmidzi,

dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani).



Ngomong-ngomong soal orang yang ‘takut ama dosa’, jadi teringat satu kisah mengharukan tentang seorang pemuda ahli maksiat di jaman Imam Malik. Imam Malik bin Dinar mengajari kita dalam bagian ini tentang seorang pemuda kecil di waktu haji, dengan bertutur: “Ketika kami mengerjakan ibadah haji, kami mengucapkan talbiyah dan berdoa kepada Allah, tiba-tiba aku melihat pemuda yang masih sangat muda usianya memakai pakaian ihram menyendiri di tempat penyendiriannya tidak mengucapkan talbiyah dan tidak berdzikir mengingat Allah seperti orang-orang lainnya. Aku mendatanginya dan bertanya, ‘mengapa dia tidak mengucapkan talbiyah ?’”

Dia menjawab, “Apakah talbiyah mencukupi bagiku, sedangkan aku sudah berbuat dosa dengan terang-terangan. Demi Allah! Aku khawatir bila aku mengatakan labbaik maka malaikat menjawab kepadaku, ‘tiada labbaik dan tiada kebahagiaan bagimu’. Lalu aku pulang dengan membawa dosa besar.”



Aku bertanya kepadanya, “Sesungguhnya kamu memanggil yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Dia bertanya, “Apakah kamu menyuruhku untuk mengucapkan talbiyah?” Aku menjawab, “Ya.”

Kemudian dia berbaring di atas tanah, meletakkan salah satu pipinya ke tanah mengambil batu dan meletakkannya di pipi yang lain dan mengucurkan air matanya sembari berucap, “Labbaika Allaahumma labbaika, sungguh telah kutundukkan diriku kepada-Mu dan badan telah kuhempaskan di hadapan-Mu.”Lalu aku melihatnya lagi di Mina dalam keadaan menangis dan dia bekata, “Ya Allah, sesungguhnya orang-orang telah menyembelih kurban dan mendekatkan diri kepada-Mu, sedangkan aku tidak punya sesuatu yang bisa kugunakan untuk mendekatkan diri kepadamu kecuali diriku sendiri, maka terimalah pengorbanan diriku.” Kemudian dia pingsan dan tersungkur mati. Akupun mohon kepada Allah agar Dia mau menerima amal ibadah dan pertobatannya.

Wuihh… Subhanallah banget. Ketika rasa malu akibat dosa-dosa telah merasuki seseorang, maka rasa malu itu pun jadi kekuatan dan keteguhan. Menjadi dorongan bagi jiwa yang kotor untuk dibersihkan, dengan pengorbanan terbaik, termasuk jiwa sekalipun. Maka matinya menjadi kematian dalam kebaikan, keberkahan, dan sarat hikmah.



The Taste of Taubat

Sekali lagi, keengganan orang untuk menempuh jalan taubat biasanya soal ’rasa’. ’Males ah, taubat! Ribet, susah, payah, ngga ada nikmat-nikmatnya’. Sehingga mereka berpaling dan terengah-engah mengejar kenikmatan dunia yang fana. Ketahuilah wahai sahabat, nikmat orang-orang yang cinta dunia tak ubahnya seperti kenikmatan yang didapatkan oleh PKK alias Panu Kudis Kurap dari kuku-kuku yang menggaruk. Enak Mang!! Garuuukk terooosss! Padahal kuku-kuku tersebut membuat kulit berdarah, luka dan infeksi tak berdaya. Demikianlah nasib dari hati yang terpaut pada yang selain daripada Allah.



Apa sih rasanya bertaubat ?! Beruntung dan keberuntungan itulah janji Allah bagi orang yang bertaubat. Ibnu Qoyyim bilang kalau kedudukan alias manzilah dari taubat itu terletak di awal, selama perjalanan taubat dan di akhir dari perbuatan tersebut untuk kembali kepada Allah.



Sesuai firman Allah yang artinya:

’Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung’ (QS. An-Nur:31)



Sebuah ilustrasi orang yang bertubat sama dengan seorang yang selamat dari kebakaran. Api menyala-nyala membakar rumah dan seisinya. Rumah tersebut amat mewah dengan perabotan yang mahal luar biasa. Namun semewah apa pun rumah tersebut, tak ada yang membuatnya bertahan dan rela ikut terbakar. Maka orang tersebut sekuat tenaga meraih pintu dan jalan keluar untuk selamat dari bencana kebakaran. Betapa ia merasa beruntung dan takkan pernah sudi mati di dalamnya. Begitu pula halnya orang-orang yang bertaubat. Tak penting berapa manis dan banyak godaan yang mengajaknya untuk bertahan dalam kemaksiatan, yang pasti dia tidak sudi ’terbakar’ bersama kemaksiatan. Maka beruntunglah orang-orang yang diselamatkan tersebut.



Ketahuilah sahabat, jadikanlah jalan-jalan iman dan taubat senikmat coklat. Manissss….. rasa manis sejak gigitan pertama. Sensasi nikmatnya menjalar ke otak dan memberikan efek ketagihan untuk dinikmati sampai ludes. Mulailah dengan mengenal Islam lebih dalam. Nikmati bacaan-bacaan Islami (seperti buletin remaja bukamata kueren ini..hehehe) yang menggugah perasaan dan pemikiran.



Dongkrak kedekatan kita dengan Allah swt dalam shalat wajib yang on time plus ibadah sunnah lainnya. Abis itu, karantina perasaan alergi bin gengsi untuk hadir dalam pengajian mingguan biar akidah dan iman kita tetep terjaga dari bisikan syetan. Udah deh, jangan tawar-tawar lagi jalan taubat yang manis ini. Tinggalkan maksiat, raih kemuliaan hamba yang taat. Berangkaaat!





Footnote: Ya ALLAH,.. segala perkara datangnya dari-Mu. Yang tampak, maupun yang tersembunyi. Betapa hina aku tanpa ampunan-Mu. Ya Rabb…. Kepada-Mu, aku kembali.

(Buat teman-teman, semoga bermanfaat. Dan jadi ladang pahala buat saya yang banyak dosa ini. Mohon doanya)